Suku Boti merupakan keturunan dari suku asli pulau Timor,
Atoni Metu. Wilayah Boti terletak sekitar 40 km dari kota kabupaten Timor Tengah Selatan,
So’e. Secara administratif kini menjadi
desa Boti kecamatan Kie. Karena
letaknya yang sulit dicapai di tengah pegunungan, desa Boti seakan tertutup
dari peradaban modern dan perkembangan zaman. Suku ini memiliki bahasa Dawan
sebagai bahasa daerahnya.
Agama
Suku Boti dikenal sangat memegang teguh keyakinan dan
kepercayaan mereka yang disebut Halaika. Mereka percaya pada dua penguasa alam
yaitu Uis Pah dan Uis Neno. Uis Pah sebagai mama atau ibu yang mengatur,
mengawasi, dan menjaga kehidupan alam semesta beserta isinya termasuk manusia.
Sedangkan Uis Neno sebagai papa atau bapak yang merupakan penguasa alam baka
yang akan menentukan seseorang bisa masuk surga atau neraka berdasarkan
perbuatannya di dunia.
Sosial
Dalam kehidupan sehari-hari ada pembagian tugas yang jelas
antara kaum lelaki dan perempuan. Para lelaki bertugas mengurusi permasalahan
di luar rumah, seperti berkebun, dan berburu. Sementara urusan rumah tangga,
diserahkan kepada kaum perempuan. Meskipun pembagian peran ini biasa dijumpai
dalam sistem kekerabatan, ada satu hal yang membuat warga Boti agak berbeda,
mereka menganut monogami
atau hanya beristri satu. Seorang lelaki Boti yang sudah menikah, dilarang
memotong rambutnya. Sehingga bila rambut mereka semakin panjang, mereka akan
menggelungnya seperti konde.
Bila kepercayaan dan aturan adat Boti dilanggar, maka akan
dikenakan sanksi, tidak akan diakui sebagai penganut kepercayaan Halaika,
berarti harus keluar dari komunitas suku Boti, sebagaimana yang terjadi pada
putra sulung Laka Benu, kakak dari Raja Usif Nama Benu. Laka Benu yang
seharusnya menjadi putra mahkota, memeluk agama Kristen sehingga ia harus
meninggalkan komunitas Boti.
Sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/Suku_Boti
Tidak ada komentar:
Posting Komentar