Rumah Betang (sebutan untuk rumah adat di provinsi Kalimantan
Barat dan Kalimantan Tengah), merupakan rumah yang dihuni
oleh masyarakat Dayak.[1]
Rumah betang mempunyai ciri-ciri yaitu; bentuk Panggung,
memanjang. pada suku Dayak tertentu, pembuatan rumah panjang bagian hulunya
haruslah searah dengan Matahari terbit dan sebelah hilirnya ke arah Matahari
terbenam, sebagai simbol kerja-keras untuk bertahan hidup mulai dari Matahari
tumbuh dan pulang ke
rumah di Matahari padam.
Di Kalimantan Barat mulai dari Kota Pontianak dapat kita
jumpai rumah adat Dayak. Salah satunya berada di jalan Letjen Sutoyo. Walaupun
hanya sebuah Imitasi, tetapi rumah Betang ini, cukup aktif dalam menampung
aktivitas kaum muda dan sanggar seni Dayak. kemudian jika kita ke Arah
Kabupaten landak, maka kita akan menjumpai sebuah Rumah Betang Dayak di Kampung
Sahapm Kec. Pahauman. Kemudian jika kita ke Kabupaten Sanggau, maka kita dapat
melihat Rumah Betang di kampung Kopar Kecamatan Parindu, Kemudian selanjutnya
jika kita ke kabupaten Sekadau, maka kita dapat melihat rumah betang di Kampung
Sungai Antu Hulu, Kecamatan Belitang Hulu, Kemudian di kabupaten Sintang kita
Dapat melihat rumah Betang di Desa Ensaid panjang, Kecamatan Kelam, Kemudian Di
Kapuas Hulu, Kita juga dapat melihat Masih banyak rumah-rumah betang Dayak yang
masih lestari.
Di Kabupaten
Kapuas, Kalimantan Tengah, rumah betang sudah tidak ada yang asli lagi, yang
ada adalah yang sudah dibangun ulang. Di bagian paling hulu, rumah betang yang
dibangun kembali ada di Desa Tumbang Bukoi, Kecamatan Mandau Talawang. Di bagian hilir, rumah
betang yang dibangun kembali ada di Desa Sei Pasah, Kecamatan Kapuas Hilir[2]. Bangunan
ini dibangun tidak jauh dari rumah betang asli yang sudah runtuh, tapi masih
ada sisa-sisa tiangnya.
Di Kabupaten Pulang Pisau, Kalimantan Tengah ada rumah
betang asli yang dibangun sejak tahun 1870[3][4].
Letaknya di Desa Buntoi, Kecamatan Kahayan Hilir. Rumah ini menghadap Sungai
Kahayan dan memiliki pelabuhan yang siap menyambut kedatangan wisatawan melalui
sungai.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar