Rumah Kebaya merupakan rumah adat betawi dengan bentuk atap
perisai landai yang diteruskan dengan atap pelana yang lebih landai, terutama
pada bagian teras. Bangunannya ada yang berbentuk rumah panggung dan ada pula
yang menapak di atas tanah dengan lantai yang ditinggikan. Masyarakat betawi
lama memiliki adat untuk membuat sumur di halaman depan rumah dan mengebumikan
keluarga yang meninggal di halaman samping kanan rumah.
Lisplank rumah kebaya berupa papan yang diukir dengan ornamen segitiga berjajar yang
diberi nama ’gigi balang’. Di bagian tengah sebagai ruang tinggal dibatasi
dinding tertutup, di luarnya merupakan terasi-teras terbuka yang dikelilingi
pagar karawang rendah. Dinding bagian depan biasanya dibuat dari panil-panil
yang dapat dilepas saat pemilik rumah menyelenggarakan acara yang membutuhkan
ruang lebih luas. Tiang-tiang rumah lebih tampak jelas di bagian teras, berdiri
di atas lantai yang agak naik dari ketinggian tanah di halaman. Terdapat tangga
pendek dari batu-bata atau kayu untuk mencapai teras rumah.
Ruang-ruang terbagi dengan hirarki dari sifat publik di bagian depan menuju sifat privat dan service di bagian belakang. Beranda depan adalah tempat untuk menerima tamu dan bersantai bagi keluarga yang diberi nama ‘amben’. Lantai teras depan yang bernama ‘gejogan’ selalu dibersihkan dan siap digunakan untuk menerima dan menghormati tamu. Gejogan dihubungkan tangga yang disakralkan oleh masyarakat betawi dengan nama ’balaksuji’, sebagai satu-satunya lokasi penting untuk mencapai rumah. Ruang berikutnya adalah kamar tamu yang dinamakan ‘paseban’. Setelah ruang tamu terdapat ruang keluarga yang berhubungan dengan dinding-dinding kamar, ruang ini dinamakan ‘pangkeng’. Selanjutnya ruang-ruang berfungsi sebagai kamar-kamar tidur dan terakhir adalah dapur yang diberi nama ‘srondoyan’.
Sumber http://www.jakarta.go.id/jakv1/encyclopedia/detail/3796
Lisplank rumah kebaya berupa papan yang diukir dengan ornamen segitiga berjajar yang
Ruang-ruang terbagi dengan hirarki dari sifat publik di bagian depan menuju sifat privat dan service di bagian belakang. Beranda depan adalah tempat untuk menerima tamu dan bersantai bagi keluarga yang diberi nama ‘amben’. Lantai teras depan yang bernama ‘gejogan’ selalu dibersihkan dan siap digunakan untuk menerima dan menghormati tamu. Gejogan dihubungkan tangga yang disakralkan oleh masyarakat betawi dengan nama ’balaksuji’, sebagai satu-satunya lokasi penting untuk mencapai rumah. Ruang berikutnya adalah kamar tamu yang dinamakan ‘paseban’. Setelah ruang tamu terdapat ruang keluarga yang berhubungan dengan dinding-dinding kamar, ruang ini dinamakan ‘pangkeng’. Selanjutnya ruang-ruang berfungsi sebagai kamar-kamar tidur dan terakhir adalah dapur yang diberi nama ‘srondoyan’.
Sumber http://www.jakarta.go.id/jakv1/encyclopedia/detail/3796
Tidak ada komentar:
Posting Komentar