Suku Bawean dimasukkan kedalam sub suku Jawa
menurut sensus BPS tahun 2010.[1] Masyarakat Melayu Malaka dan Malaysia lebih
mengenal dengan sebutan Boyan daripada Bawean
dan dalam pandangan mereka Boyan berarti
sopir dan tukang kebun (kephun dalam bahasa
Bawean), karena profesi sebagian masyarakat asal Bawean adalah bekerja di
kebun atau sebagai sopir. Orang-orang Bawean merupakan satu kelompok kecil dari
masyarakat Melayu
yang berasal dari Pulau Bawean yang terletak di Laut Jawa
antara dua pulau besar yaitu Pulau Kalimantan
di utara dan Pulau Jawa
di selatan. Pulau Bawean terletak sekitar 80 mil ke arah utara Surabaya, dan
masuk kabupaten Gresik.[2] Pulau
Bawean terdiri atas dua kecamatan, yaitu kecamatan Sangkapura dan kecamatan Tambak. Diponggo adalah
salah satu kelurahan
dari 30 kelurahan di pulau Bawean yang bahasanya berbeda jauh dari desa-desa
yang lain. Masyarakat Diponggo berbahasa semi Jawa, hal mana
merupakan warisan dari seorang ulama wanita yang pernah menetap di desa itu, yaitu waliyah Zainab, yang masih keturunan Sunan Ampel.
Sulit untuk menentukan waktu yang tepat kedatangan
orang-orang Bawean ke Malaka karena tidak ada bukti dan dokumentasi sejarah mengenai
kedatangan mereka.[3]
Tidak ada catatan resmi mengenai kedatangan mereka di Malaka. Berbagai
pendapat yang dikemukakan tidak bisa menunjukkan waktu yang tepat. Pendapat
pertama mengatakan bahwa ada orang yang bernama Tok Ayar datang ke Malaka pada
tahun 1819.[4]
Pendapat yang kedua mengatakan bahwa orang Bawean datang pada tahun 1824[5], kira-kira
semasa penjajahan Inggris
di Malaka, dalam catatan Pemerintah Koloni Singapore pada tahun 1849 terdapat
763 orang Bawean dan itu terus bertambah jumlahnya [6]. Sedangkan
dalam catatan Persatuan Bawean Malaysia pada tahun 1891 terdapat 3.161 orang
Bawean yang tersebar di Kuala Lumpur, Johor Bharu, Melaka, Seremban dan Ipoh.
Pendapat yang ketiga mengatakan orang Bawean sudah ada di Malaka sebelum tahun
1900 dan pada tahun itu sudah banyak orang Bawean di Malaka. Masyarakat Bawean
umumnya tinggal di kota atau daerah yang dekat dengan kota, seperti di Kampung Mata Kuching,
Klebang Besar, Limbongan, Tengkera dan kawasan sekitar Rumah Sakit Umum
Malaka. Jarang ditemui orang Bawean yang tinggal di kawasan-kawasan yang
jauh dari kota dan jumlah orang Bawean yang terdapat di Malaka diperkirakan
tidak melebihi seribu orang.
Selain di Malaka, orang Bawean juga tersebar di Lembah
Klang, seperti di kawasan Ampang, Gombak, Balakong dan juga Shah Alam.
Mereka membeli tanah dan membangun rumah secara berkelompok. Di Gelugor, Pulau
Pinang terdapat sekurang-kurangnya 2 keluarga besar orang Bawean. Mereka
menggunakan bahasa Melayu dialek Pulau Pinang untuk bertutur dengan orang bukan
Bawean.
Anak-anak mereka yang lahir di Malaysia telah
menjadi warga negaraMalaysia.[7]
Perantau-perantau yang datang dari tahun 90-an ada yang telah menerima status
penduduk tetap. Orang Bawean terkenal dengan keahlian membuat bangunan dan
rumah. Ada juga yang menjadi usahawan kecil seperti sub-kontraktor pembersih
bangunan dan peniaga runcit.
Selain di negara Malaysia dan Singapura
orang-orang Bawean juga bermigrasi ke Australia dan
Vietnam[8][9]. Mereka
memasuki Australia sekitar tahun 1887[10] melalui
jalur Singapura dan menetap di pulau Christmas. sebagian besar di antara mereka
menyebar di Australia Barat diperkirakan terdapat tidak kurang dari 500
keturunan orang Bawean termasuk dari perkawinan campur dengan keturunan orang
melayu, Kokos, Jawa, India, Arab, Eropa, dan sebagainya. Sedangkan orang Bawean
di Vietnam tersebar di Ho Chi Minh City kedatangan mereka di Vietnam
diperkirakan sekitar tahun 1885.[11][12]
Diantara keturunan mereka yang lahir di Singapura, Vietnam
dan Pulau Krismas sudah tidak lagi bisa berbahasa Bawean, bahkan yang lahir di
daratan Australia tidak bisa pula berbahasa Melayu, walau mereka mengerti.
Orang-orang Bawean yang tinggal di negara tersebut kecuali yang tinggal di
Vietnam masih menjalin hubungan dengan kerabatnya yang ada di Pulau Bawean.
Sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/Suku_Bawean
Tidak ada komentar:
Posting Komentar